|
- Musuh di Balik Sayur dan Buah -
|
Senin, 02 Juni 2008
|
Mencuci sayuran atau buah-buahan sebelum makan dianggap dapat menekan resiko tertelannya racun yang bisa mengakibatkan seseorang sampai muntah-muntah, bahkan diare. Namun menurut hasil penelitian yang paling gress yang di bahas dalam pertemuan ke 235 American Chemical Society, yang dirilis sebulan yang lalu, hanya dengan mencuci saja - meski dengan disinfektan klorin - ternyata belum lah cukup.
Penemuan ini menunjukkan penyakit-penyakit yang utamanya disebabkan oleh mikroba sesungguhnya tak bisa dienyahkan hana dengan pencucian biasa. Bakteri ini bisa menembus bagian dalam daun selada, bayam dan sayuran atau pun buah-buahan lainnya, dimana pembersihan baguan permukaannya saja tak bisa mengatasinya. Selanjutnya mikroba itu akan mengorganisasi dirinya sendiri dengan membentuk koloni yang disebut biofilm (lapisan tipis) yang melapisi buah/sayuran dan melindungi bakteri dari kerusakan.
Beberapa jenis bakteri bisa membentuk biofilm untuk melindungi dirinya dari sistem imun. Jenis bakteri ini dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi, contohnya infeksi oleh bakteri Salmonella dan E. coli.
Kini, penemuan baru dari para peneliti di US Department of Agriculture, menyarankan, penyinaran (irradiasi) - sebagai cara penanganan makanan termodern - dianggap bisa membunuh bagian dalam patogen (bakteri jahat) melebihi daya kerja pembersih kimiawi konvensional. Penyinaran akan menembus hingga ke dalam, sehingga mampu menekan pertumbuhan parasit.
"dengan menggunakan teknik ini dalam membersihkan buah-buahan segar serta sayuran, munculnya jumlah penyakit tiap tahunnya di Amerika bisa ditekan,: ujar Brendan A. Niemira, Ph.D, ahli mikrobiologi dari USDA Agricultural Research Service di Wyndmoor, yang memimpin riset ini. Ia menambahkan, saat bakteri terlindungi - baik di dalam daun maupun di dalam biofilm - maka bakteri tersebut tak mudah untuk dibasmi.
Kuantitas konsumsi buah-buahan dan sayuran setiap tahunnya memang terus meningkat dalam dekade terakhir ini. Sayangnya, peningkatan ini juga dibarengi dengan kian tingginya angka penyakit pada manusia yang disebabkan patogen seperti E. coli. Buah dan sayur segar berpotensi terkontaminasi karena tumbuh di lahan perkebunan terbuka yang mudah terkena patogen yang berasal dari tanah, air irigasi, pupuk, hewan dan lainnya.
Yang pasti, salmonella dan E. coli bisa muncul sejak sayuran dan buah mulai disemai, selama masa pertumbuhan, hingga tanaman tersebut siap dipanen.
Untuk melihat reaksi bakteri terhadap cara-cara penanganan seperti ini, Niemira dan rekan sejawatnya mencoba melakukan penelitian pada jenis sayuran yang berdaun rapat, seperti selada dan bayam. Peneliti lalu memotong daun selada dan bayam muda ke dalam potongan-potongan lalu merendamnya ke dalam air bercampur E.coli. Lalu bakteri ditekan ke dalamnya dengan proses vacum (kedap). Kemudian daun-daun tersebut dicuci dengan air selama tiga menit, dilanjuti dengan pencucian selama tiga menit pula dengan pembersihan kimiawi atau irradiasi.
Terbukti, pencucian dengan air biasa tidaklah efektif untuk mengurangi paparan bakteri patogen baik pada daun selada maupun bayam. Namun pencucian dengan bahan kimiawi seperti dengan sodium hipoklorit, tidak menunjukkan hasil yang sama. Pada daun bayam didapati bakteri E.coli berkurang tapi tidak terlalu signifikan, sedangkan pada daun selada hampir 90 persen efektif menghilankan bakteri tersebut.
Di sisi lain, kata Niemira, "Biofilm yang mengandung Salmonella pun didapati lebih mudah mati dengan irradiasi, meski yang mengandung E.coli cenderung sedikit lebih kebal."
Yang jadi pernyataan kemudian, karena patogen tidak bisa berkembang biak di dalam ruang yang diproteksi dan peluang menginfeksi lebih kecil, maka resiko pada penggunaannya menjadi lebih kecil. "tapi kalau bakteri patogen masih bisa berreproduksi di dalamnya, ini akan mengakibatkan resiko yang jauh lebih berbahaya," Niemira menambahkan.
This article was taken from Koran Tempo Rabu 18 Mei 2008Label: Kesehatan
| |
|
|
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home